Kerja Kolektif Internasionalisasi Perguruan Tinggi: Belajar dari Australia

Kerja Kolektif Internasionalisasi Perguruan Tinggi, Belajar dari Australia
Kerja Kolektif Internasionalisasi Perguruan Tinggi: Belajar dari Australia (Dok. Istimewa)

Universitas Ahmad Dahlan (UAD) kembali menegaskan komitmennya dalam memajukan internasionalisasi pendidikan tinggi. Melalui program Strengthening Higher Education Systems in Indonesia yang difasilitasi Australia Awards in Indonesia (AAI), Wakil Rektor Bidang SDM UAD, Dr. Norma Sari, S.H., M.Hum., bersama pimpinan perguruan tinggi dan pemangku kepentingan nasional mengikuti kursus singkat di Crawford School of Public Policy, Australian National University (ANU). Program ini berlangsung pada Agustus 2025 dengan bimbingan course leader Prof. Hamish Coates dan Prof. Leo Goedegebuure.

Norma Sari menuturkan bahwa pengalaman belajar di Australia memberi banyak wawasan strategis tentang bagaimana universitas membangun daya saing global. “Kami belajar bahwa internasionalisasi bukan hanya soal ranking atau jumlah MoU, tetapi kualitas ekosistem yang menopang keberlanjutan universitas,” ungkapnya kepada tim redaksi, Jumat (12/9).

Norma Sari mengikuti course di Crawford School of Public Policy, Australian National University (ANU).
Dr. Norma Sari bersama pimpinan perguruan tinggi saat course di Crawford School of Public Policy, Australian National University (ANU). (Dok. Istimewa)

Australia menunjukkan bahwa internasionalisasi harus memberi dampak nyata, baik akademik, sosial, maupun ekonomi. Badan akreditasi TEQSA menjaga mutu dengan regulasi berbasis risiko, Study Melbourne Hub memperlihatkan layanan humanis bagi mahasiswa internasional, hingga regulasi yang melahirkan Student Ombudsman untuk perlindungan mahasiswa. Sementara Victorian Skills Authority (VSA) menegaskan pendidikan vokasi sebagai jalur strategis menyiapkan tenaga kerja global.

Dialog dengan Prof. Jessica, Wakil Rektor Adelaide University, memberi pelajaran bahwa kepemimpinan sejati menuntut keseimbangan: berani berinovasi, membangun kepercayaan, dan hadir sebagai mentor. Norma menilai pesan ini sejalan dengan tradisi kaderisasi di Muhammadiyah. Inspirasi juga datang dari Deakin University yang mengembangkan kepemimpinan perempuan sekaligus berani membuka pasar baru seperti India.

Riset yang Hidup untuk Masyarakat

Kunjungan ke Florey Institute dan RMIT University memperlihatkan pentingnya riset yang langsung menjawab kebutuhan publik, dari kesehatan masyarakat hingga inovasi industri.

Dr. Norma Sari bersama pimpinan perguruan tinggi saat course di Crawford School of Public Policy, Australian National University (ANU). (Dok. Istimewa)

“Pemerintah Australia tidak hanya berperan sebagai market fixer yang memperbaiki kegagalan pasar, tetapi juga sebagai market shaper yang berani mengambil risiko besar demi melahirkan inovasi,” jelas Norma.

Norma pun menekankan bahwa bagi hal tersebut menjadi pelajaran penting bagi Perguruan Tinggi Muhammadiyah ‘Aisyiyah (PTMA), di mana riset harus menjadi motor perubahan sosial, bukan sekadar formalitas administratif.

Budaya Kolaborasi: dimulai Library of Resources Championship

Selain itu, Norma menyoroti pentingnya budaya kolaborasi. Belajar dari Adelaide University dengan lebih dari 7.000 kerja sama internasional, universitas dituntut memiliki library of resources untuk mendokumentasikan kapasitas institusi.

“Internasionalisasi hanya bisa tumbuh bila ditopang kesadaran kolektif, kemitraan yang adil, dan fokus pada keunggulan yang dimiliki,” ujarnya.

Namun, baik Australia dengan 43 universitas dan 155 non-university higher education, maupun Indonesia dengan lebih dari 4.400 perguruan tinggi menghadapi tantangan serupa: penurunan pendanaan, ketergantungan pada mahasiswa internasional, disrupsi AI, hingga problem literasi mendalam dan kesehatan mental generasi Z. Norma menegaskan, universitas dituntut menjaga integritas akademik, memperkuat literasi digital serta menjaga nilai kemanusiaan di tengah arus digitalisasi dan kecerdasan buatan (AI).

Puncak program ditandai dengan penerimaan di Government House oleh Gubernur Victoria, Prof. Margaret Gardner. Ia menegaskan bahwa internasionalisasi adalah diplomasi pengetahuan, sebuah upaya membangun jembatan kepercayaan antarbangsa.

Norma menilai pesan tersebut relevan bagi PTMA. Dengan 162 kampus dari Aceh hingga Papua, PTMA memiliki modal akademik dan sosial yang besar untuk menghadirkan narasi kolektif internasionalisasi pendidikan tinggi bernilai Islam berkemajuan. Dengan storytelling internasionalisasi adalah ekosistem, PTMA adalah elemen yang harus sangat didukung terutama oleh pemerintah dan industri.

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*