
Ketua Majelis Diktilitbang PP Muhammadiyah, Bambang Setiaji, menegaskan pentingnya inovasi dan transformasi di lingkungan Perguruan Tinggi Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah (PTMA). Dalam Forum Group Discussion (FGD) di lantai 17 Menara Iqra Universitas Muhammadiyah Makassar, Selasa (8/4), ia menyampaikan bahwa era digital menuntut kampus untuk segera berbenah dan berani meninggalkan pola lama.
“Fakultas Kedokteran itu penting, tapi bukan tujuan akhir. Masa depan kita ada di ekosistem IT. Kita harus mulai menanam sub-sub program berbasis teknologi di berbagai prodi,” tegasnya di hadapan 33 pimpinan PTMA dari seluruh Indonesia.
Bambang juga menyoroti kondisi banyak kampus swasta yang stagnan dan belum mampu menjawab tantangan zaman. Ia bahkan menyebut ada program studi konvensional yang nyaris ‘masuk liang kubur’ jika tidak segera direvitalisasi.
Secara tegas, Bambang menyampaikan bahwa dunia pendidikan tinggi harus bergerak dinamis, adaptif terhadap perubahan zaman, dan tidak stagnan. Ia mengingatkan, keberhasilan masa lalu bukan jaminan masa depan.
“Jangan berhenti berubah. Kita harus terus bergerak, memperbarui diri, dan menyiapkan sumber daya manusia yang kompeten di bidang IT,” ujarnya.
PTMA Butuh Paradigma Baru
Dalam forum yang dipandu Rektor Unimuda Sorong, Rustamadji, Bambang menegaskan bahwa transformasi PTMA tidak hanya soal struktur akademik, tetapi juga menyentuh aspek psikososial dan pola belajar mahasiswa. Ia menekankan pentingnya keberanian untuk meninggalkan pola lama yang sudah tidak relevan.
“Kita pemimpin perubahan. Harus berani melangkah, meninggalkan zona nyaman. Masa depan kita ada di ekosistem IT, mari kita siapkan SDM kompeten di bidang teknologi,” ujarnya.
Ia juga mengungkapkan rencana besar Muhammadiyah untuk mendirikan Universitas IT Muhammadiyah. Hal ini sebagai langkah konkret menjawab masa depan pendidikan tinggi berbasis teknologi.
“Dalam lima tahun ke depan, Muhammadiyah menargetkan menjadi poros utama dalam pengembangan pendidikan tinggi berbasis teknologi di Indonesia. Visi ini menuntut perubahan paradigma dalam tata kelola dan arah pengembangan kampus,” ungkap Bambang.
Menanggapi semangat perubahan itu, Direktur Poltekkes Muhammadiyah, Mustari Bosra, menambahkan bahwa kendala dana atau SDM bukan alasan untuk berhenti berinovasi. “Kalau kampus-kampus Muhammadiyah saling terhubung, tantangan itu bisa kita atasi bersama,” jelasnya.
Ia juga mendorong agar PTMA mulai membuka program studi teknologi di bawah Kemendikbudristek, dan tidak hanya terpaku pada prodi keagamaan di bawah Kemenag.
“Kalau kita ingin bersaing di tingkat nasional dan global, kita harus berani buka diri dan menciptakan perubahan,” tegasnya. []ic
Be the first to comment