“Muktamar menjadi sarana untuk merapatkan barisan, menyatukan tujuan, dan menyegarkan semangat para anggota Muhammadiyah dalam membangun masyarakat sekitar, bangsa, hingga dunia,” demikian ujar Chandra Kurnia Setiawan, Ketua PCIM Thailand mendeskripsikan inti Muktamar. Agenda Muktamar Muhammadiyah ke-48 di Surakarta yang akan berlangsung pada 18–19 November mendatang menarik banyak perhatian baik pihak internal Muhammadiyah maupun eksternal, dari dalam negeri hingga luar negeri. Tak terkecuali dari para personalia Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) yang tersebar di penjuru dunia yang menerima kabar pelaksanaan Muktamar Muhammadiyah ke-48 sebentar lagi.
Oleh karena itu, redaksi Warta PTM meminta sumbangsih perspektif dari PCIM Libya melalui wawancara dengan Afrizal Faza Haykal, Sekretaris Umum PCIM Libya dan Azka Al Yauma, Wakil Ketua PCIM Libya; PCIM Jepang melalui wawancara dengan Muhammad Firdaus, Ketua PCIM Jepang; PCIM Australia melalui wawancara dengan Hamim Jufri, Ketua PCIM Australia; dan PCIM Thailand melalui wawancara dengan Chandra Kurnia Setiawan, Ketua PCIM Thailand.
PCIM Libya: Jaga Asa dan Nyala Api Persyarikatan
Bagi Afrizal, Sekretaris Umum PCIM Libya, upaya-upaya menghidupkan dakwah di tengah keterbatasan ruang gerak PCIM Libya tidak menyurutkan semangat para anggotanya dalam memperbarui informasi tentang kabar persyarikatan Muhammadiyah. “Segala aktivitas yang bisa dilaksanakan akan kita laksanakan. Sebut saja masak-masak, buka bersama, dan kegiatan perekatan tali silaturahmi lainnya,” ungkapnya.
Dilanjutkan oleh Azka, Wakil Ketua PCIM Libya, mereka menyayangkan tiadanya delegasi dari PCIM Libya untuk bisa hadir di Solo dikarenakan perkuliahan yang sudah dimulai awal November. Mereka berharap agar pelaksanaan Muktamar mendatang dapat memperbaiki poin-poin hasil Muktamar ke-47 sebelumnya yang perlu evaluasi, seperti persaingan ekonomi Islam, penyatuan kalender Islami, dan pemberantasan korupsi bangsa Indonesia. “Harapannya ada evaluasi dan perbaikan di Muktamar mendatang, agar kita bisa mencapai value yang maksimal bagi citra Muhammadiyah,” ujarnya.
Saling melengkapi satu sama lain, Afrizal dan Azka berharap agar aset-aset Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah yang belum dapat teroptimalkan bisa digunakan dan dipetakan kebutuhannya agar bermanfaat. Pemakaian aset dinilai bisa menumbuhkan ghiroh semangat Muhammadiyah pada setiap anggotanya. “Pimpinan Pusat Muhammadiyah masih punya PR dalam menggerakkan kader-kadernya yang ada di Indonesia, apalagi mancanegara. Siapa pun nantinya yang memegang amanah, yang penting arah gerak Muhammadiyah tetap sesuai dengan asas kemuhammadiyahan,” pungkas mereka.
PCIM Jepang: Hadirkan Delegasi di Arena Muktamar
Terkait penyelenggaraan Muktamar ke-48 yang membawakan tema “Memajukan Muhammadiyah, Mencerahkan Semesta,” Firdaus, Ketua PCIM Jepang, mengatakan bahwa upaya “mencerahkan semesta” berarti harapan bagi seluruh kader Muhammadiyah untuk membangun peradaban Islam di mana pun mereka tinggal, secara kontinu dan tanpa putus. Hal demikianlah yang dilakukan di Jepang oleh para personalia PCIM Jepang dalam mengenalkan Islam dan memajukan Muhammadiyah di negeri matahari terbit ini.
Di Jepang, dakwah memajukan Muhammadiyah dilakukan menggunakan pendekatan budaya dalam rangka menarik simpati orang Jepang sedikit demi sedikit. “Tapi, di sini juga ada orang Indonesia yang tinggal di Jepang. Caranya kurang lebih sama, ditambah dengan melakukan tabligh atau kegiatan-kegiatan lainnya, hitung-hitung untuk memfasilitasi kawan-kawan kader Muhammadiyah di Jepang,” jelasnya.
PCIM Jepang turut menyongsong agenda Muktamar dengan mengadakan tabligh akbar yang mengundang para ilmuwan dan dosen-dosen Indonesia yang beraktivitas menjadi pengajar di universitas-universitas Jepang. Diharapkan dengan acara tersebut bisa menjadi ajang untuk lebih mengenal keberadaan Muhammadiyah di Jepang agar lebih semarak lagi menyambut Muktamar Muhammadiyah. “Soalnya, kebetulan, PCIM Jepang ini juga baru pertama kali mengirimkan orang untuk hadir sebagai peninjau secara formal di Muktamar,” imbuhnya menjelaskan.
PCIM Australia: Muhammadiyah Makin Solid Tatap Masa Depan
Semarak Muktamar di tanah Australia juga tidak kalah meriah. Disampaikan oleh Hamim Jufri, Ketua PCIM Australia, PCIM Australia dan beberapa rantingnya telah mengadakan kegiatan-kegiatan pengajian sebagai bagian dari kegiatan rutin. Hal ini juga dilakukan dalam rangka menghidupkan AUM yang baru berjalan menuju peringatan satu tahun semenjak berdirinya, yakni Muhammadiyah Australia College (MAC).
MAC sendiri, bagi Hamim Jufri, merupakan bagian dari kontribusi nyata Muhammadiyah di Australia dalam sektor pendidikan, sekaligus menjadi satu-satunya organisasi Islam di Indonesia yang telah berhasil mendirikan lembaga pendidikan resmi di Australia. “Mungkin ketidakmaksimalan PCIM Australia menyemarakkan Muktamar juga karena keterbatasan SDM yang semua tenaga difokuskan untuk MAC ini,” ujarnya. Akan tetapi, PCIM Australia akan mendelegasikan dirinya sebagai Ketua PCIM Australia untuk hadir di Muktamar.
Berkenaan dengan penyelenggaraan Muktamar ke-48 mendatang, Hamim Jufri mengatakan bahwa para kader Muhammadiyah perlu berbangga bahwa usia Muhammadiyah yang telah lebih dari satu abad ini makin menunjukkan kekukuhan semangat Muhammadiyah dalam menatap masa depan. “Lihat saja sekeliling, kader-kader Muhammadiyah sudah menapak di seluruh penjuru dunia dan siap menyumbangkan yang terbaik bagi persyarikatan dan dunia,” tegasnya. Hamim juga mengatakan bahwa semboyan “hidup-hidupilah Muhammadiyah, jangan mencari hidup di Muhammadiyah” perlu senantiasa digelorakan agar mensolidkan Persyarikatan.
PCIM Thailand: Optimalisasi Bonus Demografi
Di tengah perjalanan panjang internasionalisasi Muhammadiyah, Chandra, Ketua PCIM Thailand, mengatakan bahwa Muhammadiyah sudah cukup dikenal di kalangan muslim Thailand. Bukti tersebut bisa terlihat dari sister organization Muhammadiyah yang terbentuk di Thailand, yakni Muhammadiyah Association in Thailand. “Kami juga mendapatkan dukungan dari tokoh-tokoh lokal seperti Dr Winai Dahlan, Direktur Halal Science Center Thailand, yang menjadi penguat bagi kami demi kemajuan Islam, khususnya Muhammadiyah,” ujarnya.
Disampaikan oleh Chandra, kemungkinan sebanyak lima personalia dikirimkan sebagai perwakilan dari PCIM Australia. Chandra menyetujui ketidakmaksimalan poin-poin hasil Muktamar ke-47 yang telah disampaikan oleh Azka, Wakil Ketua PCIM Libya. Akan tetapi, Chandra menambahkan satu poin pada pemaksimalan bonus demografi. “Ini belum maksimal dan perlu dievaluasi. Selain itu, juga perlu upaya kita meningkatkan daya saing umat Islam dan pelayanan serta pemberdayaan kelompok difabel dan kelompok rentan lainnya yang perlu dievaluasi kembali” ujarnya.
Kemudian, Chandra juga berharap melalui PCIM Australia agar kader Muhammadiyah dan kebijakan-kebijakan Muhammadiyah untuk dirumuskan perlu semakin adaptif dengan perkembangan dunia, khususnya dunia Islam. “Fokus pengembangan kader dan dakwah Islamiyah perlu lebih optimal dan menyeluruh,” tegasnya.[] RAS
Be the first to comment