Relasi Muhammadiyah, Olahraga, dan Dakwah Islam Berkemajuan

Menjelang Muktamar Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah ke-48 yang akan digelar pada 18-20 November 2022, beragam kegiatan telah ramai digelar sebagai rangkaian gebyar syiar muktamar. Berdasarkan amatan penulis, ada lima bidang kegiatan yang banyak dilakukan yaitu bidang teknologi dan ekonomi, sosial keagamaan, ilmiah kreativitas, serta olahraga.

Diantara berbagai bidang kegiatan tersebut, penulis tertarik pada relasi Muhammadiyah dengan aktivitas olahraga. Rasanya, hampir dalam setiap peringatan acara Muhammadiyah hampir selalu melibatkan kegiatan olahraga seperti jalan sehat, sepeda gembira, senam bersama, maupun pertandingan olahraga populer lainnya seperti sepakbola, futsal, voli, dan bulutangkis.

Hal ini membuktikan adanya budaya olahraga di dalam gerakan Muhammadiyah itu sendiri. Menilik dalam sejarahnya, para aktor gerakan Muhammadiyah generasi awal menunjukkan sikap keterbukaan terhadap budaya baru dalam bentuk cabang olahraga modern yang dibawa oleh bangsa lain. Bahkan, pendiri Muhammadiyah, KH Ahmad Dahlan mampu mereformulasikan budaya baru tersebut untuk kepentingan gerakan dakwah Islam (Suara Muhammadiyah, Edisi No. 15 Tahun ke-103, 1-15 Agustus 2018). Maka terjadilah proses apropriasi, yaitu proses menjadikan budaya baru dari bangsa lain yang dimodifikasi berdasarkan ajaran Islam dan gerakan Muhammadiyah sehingga menjadi bagian dari budaya sendiri.

Olahraga itu sendiri bermakna segala kegiatan yang melibatkan pikiran, raga, dan jiwa secara terintegrasi dan sistematis untuk mendorong, membina, serta mengembangkan potensi jasmani, rohani, sosial, dan budaya. Menurut Undang-Undang Nomor 11 tahun 2022 tentang Keolahragaan, ruang lingkup olahraga meliputi olahraga pendidikan, olahraga masyarakat, dan olahraga prestasi.

Lantas pertanyaannya, bagaimana mengimplementasikan dakwah Muhammadiyah melalui ketiga dimensi olahraga tersebut? Melalui tulisan ini, penulis menawarkan tiga strategi yaitu: (1) integrasi antara pendidikan jasmani dengan Al-Islam Kemuhammadiyahan dan Bahasa Arab (Ismuba); (2) membangun budaya olahraga masyarakat dengan gerakan Senam Bugar Muhammadiyah; dan (3) merealisasikan ajang Pekan Olahraga Muhammadiyah sebagai wadah pembinaan atlet berprestasi.

 

Integrasi

Telah diketahui bahwa lembaga pendidikan Muhammadiyah tumbuh dan berkembang di berbagai wilayah Indonesia hingga mancanegara. Mulai dari jenjang pendidikan usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah, hingga pendidikan tinggi. Salah satu ciri otentik yang sekaligus menjadi keunggulan dalam kurikulum pendidikan Muhammadiyah yaitu adanya Al-Islam Kemuhammadiyahan dan Bahasa Arab (Ismuba). Karena itu, dapat dikatakan bahwa Ismuba merupakan ruh pendidikan persyarikatan yang sudah berdiri sejak 1912 ini (suaramuhammadiyah.or.id).

Namun ternyata pembelajaran yang dilakukan di lembaga pendidikan Muhammadiyah selama ini belum sepenuhnya mengintegrasikan antara ilmu akademik dengan ilmu agama. Praktek yang sering terjadi biasanya berupa penambahan pembiasaan adab islami dan penambahan jam mata pelajaran Ismuba tetapi belum ada pengintegrasian mata pelajaran tersebut ke dalam mata pelajaran lainnya. Menurut Widodo & Aziz (2018), permasalahan dikotomi ilmu akademik dengan ilmu agama tersebut terjadi pada hampir semua mata pelajaran, termasuk mata pelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan.

Karena itu, perlu adanya inovasi pengembangan bahan ajar integratif di seluruh mata pelajaran yang diajarkan. Dengan demikian, cita-cita luhur pendidikan Muhammadiyah sebagai sekolah dakwah Islamiyah untuk melahirkan generasi sehat, bugar, tangguh, taat beragama, bermoral, dan ber-akhlakul karimah niscaya mampu terwujud.

 

Olahraga Masyarakat dan Prestasi

Menurut Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2022 tentang Keolahragaan, yang dimaksud dengan olahraga masyarakat adalah olahraga yang dilakukan oleh masyarakat berdasarkan kegemaran dan kemampuan yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan kondisi dan nilai budaya masyarakat setempat yang dilakukan secara terus-menerus untuk kesehatan, kebugaran, dan kegembiraan. Adapun tujuan kegiatan olahraga masyarakat antara lain: (1) membudayakan aktivitas fisik; (2) menumbuhkan kegembiraan; (3) mempertahankan, memulihkan, dan meningkatkan kesehatan serta kebugaran tubuh; (4) membangun hubungan sosial; (5) melestarikan dan meningkatkan kekayaan budaya daerah dan nasional; (6) mempererat interaksi sosial yang kondusif dan memperkukuh ketahanan nasional; dan (7) meningkatkan produktivitas ekonomi nasional.

Dari sekian banyak alternatif olahraga masyarakat, senam irama adalah salah satu olahraga yang mudah, murah, menggembirakan, dan menyehatkan sehingga dapat dilakukan secara massal. Senam irama adalah aktivitas jasmani yang terdiri dari beberapa rangkaian gerakan yang dilakukan seirama dengan iringan lagu atau musik. Saat ini, sudah tercipta senam khusus bagi warga muhammadiyah yang dinamakan Senam Bugar Muhammadiyah karya dua orang dosen Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi (PJKR) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muhammadiyah Sukabumi (UMMI) yaitu Titis Nurina, MOr dan Wening Nugraheni, MPd (Warta PTM edisi September-Oktober 2020).

Senam ini dibuat bagi warga Muhammadiyah agar tetap dapat berolahraga sebagai bagian ikhtiar meraih kesehatan namun juga tidak melanggar syariat Islam. Pengintegrasian nilai-nilai keislaman dan kemuhammadiyahan ditunjukkan dengan (1) anjuran penggunaan pakaian olahraga yang tidak melanggar syariat Islam; (2) pembiasaan berdo’a sebelum dan sesudah kegiatan; (3) penggunaan lagu-lagu mars ortom Muhammadiyah dalam irama senam; (4) pemilihan gerakan yang tidak melanggar etika kesopanan namun tetap bermanfaat meningkatkan kinerja tubuh secara anatomis motoris untuk meraih kebugaran jasmani (Nurina & Nugraheni, 2018).

Selain itu, dalam bidang olahraga prestasi seringkali kita mendengar kabar banyak kader Muhammadiyah yang menorehkan prestasi di bidang olahraga yang berskala nasional, regional, bahkan hingga internasional. Karena itu, wacana untuk mewujudkan Pekan Olahraga Muhammadiyah perlu segera direalisasikan. Ajang tersebut, akan menjadi wadah bagi atlet-atlet yang berlatar belakang kader Muhammadiyah untuk mengukir sekaligus mengukur prestasinya.

Rasanya, jika ketiga dimensi olahraga ini ‘digarap’ oleh Muhammadiyah akan menjadi media dakwah strategis Islam berkemajuan yang efektif. Insyaallah!

 

Oleh: Agung Widodo, S.Pd., M.Or., Dosen Program Studi S1 Ilmu Keolahragaan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Semarang

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*