
Oleh Dr. Hasbullah, M.Pd.I | Dosen Universitas Muhammadiyah Pringsewu | Sekretaris Asosiasi Lembaga Al Islam dan Kemuhammadiyah 2025-2027
Muhammadiyah merupakan organisasi Islam terbesar di Indonesia yang dikenal sebagai gerakan ilmu amaliah dan amal ilmiah. Konsep ini menegaskan bahwa ilmu yang dipelajari harus diamalkan, dan amal yang dilakukan harus berlandaskan ilmu yang benar dan dapat dipertanggungjawabkan. Sejak berdirinya pada tahun 1912 oleh KH. Ahmad Dahlan, Muhammadiyah telah memadukan ilmu dan amal sebagai pilar utama perjuangannya dalam membangun umat dan bangsa.
Sebagai gerakan ilmu, Muhammadiyah mengembangkan jaringan pendidikan yang sangat luas di Indonesia. Berdasarkan data terbaru, Muhammadiyah memiliki lebih dari 5.300 satuan pendidikan dari jenjang SD hingga SMA/sederajat yang tersebar di seluruh Indonesia, dengan jumlah peserta didik mencapai lebih dari satu juta siswa. Rinciannya, terdapat sekitar 2.453 SD/MI, 1.599 SMP/MTs, dan 1.294 SMA/MA/SMK yang dikelola Muhammadiyah. Ini menunjukkan skala besar gerakan pendidikan Muhammadiyah yang menjadi salah satu yang terbesar di Indonesia.
Belum lagi jumlah Perguruan Tinggi Muhammadiyah ’Aisyiyah (PTMA) terkini adalah sekitar 163 institusi yang tersebar di seluruh Indonesia. Rinciannya meliputi 89 universitas, 41 sekolah tinggi, 27 institut, 5 politeknik, dan 1 akademi. Jumlah ini merupakan hasil penggabungan (merger) beberapa perguruan tinggi yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan, riset, dan pemberdayaan masyarakat di lingkungan Muhammadiyah.
Pendidikan Muhammadiyah tidak hanya berjumlah besar, tetapi juga berkomitmen untuk meningkatkan kualitas. Ketua Majelis Dikdasmen PP Muhammadiyah, Didik Suhardi, menegaskan bahwa Muhammadiyah sedang berbenah dari sekolah murah menuju sekolah unggulan dengan peningkatan daya nalar siswa dan kualitas pembelajaran yang lebih tinggi. Hal ini penting mengingat data PISA menunjukkan 99 persen siswa Indonesia masih berada pada level berpikir rendah, sehingga Muhammadiyah berupaya menjawab tantangan tersebut dengan meningkatkan mutu pendidikan.
Hal yang sama juga disampaikan oleh Ketua Majelis Pendidikan Tinggi, Penelitian, dan Pengembangan (Diktilitbang) Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Bambang Setiaji, secara konsisten menegaskan pentingnya peran PTMA sebagai agen ilmu amaliah dan amal ilmiah. Dalam berbagai kesempatan, ia menyampaikan bahwa PTMA harus berani melakukan transformasi dan inovasi agar tidak terjebak dalam zona nyaman. PTMA harus mampu menjawab tantangan zaman dengan mengintegrasikan ilmu pengetahuan dan amal nyata secara berkelanjutan.
Selain pendidikan formal, Muhammadiyah juga menaruh perhatian besar pada kualitas guru sebagai ujung tombak pendidikan. Abdul Mu’ti, Sekretaris Umum PP Muhammadiyah, menekankan pentingnya pengembangan SDM guru dan kebijakan berbasis data untuk mengarahkan pengembangan pendidikan Muhammadiyah secara tepat dan efektif. Ini menunjukkan Muhammadiyah tidak hanya fokus pada kuantitas, tetapi juga pada aspek manajemen dan kualitas pendidikan.
Muhammadiyah Mengorganisir Ilmu dan amal
Gerakan amal ilmiah Muhammadiyah juga sangat luas dan terorganisir. Muhammadiyah mendirikan berbagai lembaga sosial seperti rumah sakit, panti asuhan, dan lembaga kemanusiaan yang berperan aktif dalam pelayanan masyarakat. Amal ini dilakukan dengan pendekatan ilmiah yang terukur dan sistematis, sehingga dampak sosialnya dapat dirasakan secara nyata dan berkelanjutan. Contohnya, rumah sakit Muhammadiyah tidak hanya sebagai tempat pengobatan, tetapi juga sebagai pusat pendidikan tenaga kesehatan.
Strategi integrasi antara gerakan ilmu dan amal dalam Muhammadiyah diwujudkan dengan menggabungkan pendidikan dan pelayanan sosial dalam satu kesatuan yang saling mendukung. Misalnya, lembaga pendidikan Muhammadiyah sering kali terintegrasi dengan program sosial kemasyarakatan, sehingga ilmu yang diajarkan dapat langsung diaplikasikan dalam amal nyata di masyarakat. Pendekatan ini memperkuat sinergi antara teori dan praktik dalam kehidupan sehari-hari.
Kaderisasi menjadi salah satu kunci keberhasilan Muhammadiyah dalam mengimplementasikan gerakan ilmu amaliah dan amal ilmiah. Muhammadiyah secara konsisten membina kader muda yang tidak hanya menguasai ilmu agama, tetapi juga ilmu pengetahuan umum dan keterampilan sosial. Pendidikan kader dilakukan secara berjenjang dan berkelanjutan, termasuk memberikan kesempatan studi lanjut di dalam dan luar negeri agar mereka memiliki wawasan global dan kemampuan ilmiah yang tinggi.
Muhammadiyah juga aktif membangun dialog antara wahyu dan ilmu pengetahuan modern. Organisasi ini tidak menolak kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan, melainkan mengintegrasikannya dengan nilai-nilai Islam. Sehingga, terciptanya sinergi yang harmonis antara agama dan sains. Pendekatan ini memungkinkan Muhammadiyah untuk tetap relevan dan adaptif menghadapi perkembangan zaman.
Dalam konteks sosial, Muhammadiyah berperan aktif mengatasi berbagai masalah masyarakat seperti kemiskinan, kesehatan, pendidikan, dan bencana alam. Penanganan masalah tersebut dilakukan dengan pendekatan ilmiah dan amal yang terencana. Sehingga solusi yang diberikan tepat sasaran dan berdampak positif jangka panjang. Program pemberdayaan masyarakat yang dikembangkan Muhammadiyah menitikberatkan pada peningkatan kapasitas dan kemandirian masyarakat melalui pendidikan dan pelatihan berkelanjutan.
Data menunjukkan bahwa lembaga pendidikan Muhammadiyah telah berkontribusi signifikan dalam mencetak cendekiawan muda yang berakhlak dan berpengetahuan luas. Setiap tahun ribuan pelajar lulus dengan nilai ujian yang memuaskan dan banyak yang meraih predikat cumlaude di berbagai jenjang pendidikan, termasuk perguruan tinggi Muhammadiyah. Hal ini menegaskan keberhasilan Muhammadiyah dalam mengintegrasikan ilmu dan amal secara efektif.
Catatan untuk Ilmu Amaliah Amal Ilmiah
Namun, Muhammadiyah juga menghadapi tantangan dalam meningkatkan citra dan kualitas pendidikannya. Selama ini, Muhammadiyah masih dianggap sebagai pilihan kedua setelah sekolah negeri atau swasta lain. Oleh karena itu, Muhammadiyah berupaya meningkatkan mutu pendidikan agar tidak hanya menjadi alternatif, tetapi juga menjadi pilihan utama bagi masyarakat. Upaya ini meliputi peningkatan kualitas guru, kurikulum, fasilitas, dan manajemen pendidikan berbasis data.
Penggunaan data dan teknologi menjadi bagian penting dalam strategi pengembangan pendidikan Muhammadiyah. Dengan pendekatan berbasis data, Muhammadiyah dapat merancang kebutuhan guru, biaya, dan program pendidikan secara lebih terarah dan efektif. Hal ini juga memungkinkan Muhammadiyah untuk menyesuaikan diri dengan dinamika otonomi daerah dan kebijakan pendidikan nasional.
Muhammadiyah juga memperluas jaringan pendidikan Islam yang berorientasi pada moderasi dan kemajuan. Dengan populasi Muslim Indonesia sekitar 87 persen, lembaga pendidikan Muhammadiyah memiliki peran strategis dalam membentuk pola pikir pemuda yang mandiri, beradab, dan kritis, jauh dari sikap taqlid buta. Ini penting untuk membangun generasi yang mampu menghadapi tantangan global tanpa meninggalkan nilai-nilai Islam.
Secara keseluruhan, Muhammadiyah sebagai gerakan ilmu amaliah dan amal ilmiah menunjukkan bahwa ilmu dan amal adalah dua sisi yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan beragama dan bermasyarakat. Keduanya berjalan beriringan untuk mencapai tujuan dakwah dan kemajuan umat secara optimal. Muhammadiyah tidak hanya menjadi organisasi keagamaan, tetapi juga motor penggerak perubahan sosial yang berbasis pada ilmu dan amal.
Dengan jaringan pendidikan yang luas dan amal sosial yang terorganisir, Muhammadiyah terus berkontribusi dalam pembangunan bangsa dan peningkatan kesejahteraan umat. Konsep ilmu amliah dan amal ilmiah menjadi warisan berharga yang terus dikembangkan untuk menghadapi dinamika kehidupan modern dan tantangan masa depan.
Be the first to comment