
Keindahan Kepulauan Wakatobi di Sulawesi Tenggara tidak hanya menyimpan pesona bawah laut kelas dunia, tetapi juga menghadapi persoalan serius: sampah plastik. Di Desa Mola Nelayan Bakti, kampung suku Bajo yang berdiri di atas laut, limbah plastik yang sulit terurai kerap berakhir mencemari ekosistem laut.
Di tengah persoalan itu, mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) yang tergabung dalam tim Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tapak Pengabdi Khatulistiwa (Tabik) generasi kelima menghadirkan inovasi “rocket stove”, sebuah alat pembakar sampah plastik yang dirancang ramah lingkungan.
Rocket stove dibangun melalui kolaborasi mahasiswa bersama warga lokal dengan pendampingan Fajar Junaedi, dosen Ilmu Komunikasi UMY. Alat ini memungkinkan masyarakat Bajo mengurangi timbunan sampah plastik yang sebelumnya sulit diatasi.
Ketua tim KKN, Bintang Soediono, menyampaikan bahwa program divisi lingkungan hidup ini mendapat dukungan penuh dari pemerintah desa. “Selain rocket stove, kami juga mengajak warga untuk membersihkan laut dari sampah. Program ini lahir dari semangat bersama menjaga kelestarian Wakatobi,” ujarnya, Senin (1/9).

Langkah mahasiswa UMY ini mendapat apresiasi dari pemerintah daerah. Arusani, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Wakatobi sekaligus Rektor Institut Teknologi dan Bisnis Muhammadiyah (ITBM) Wakatobi, menilai inisiatif tersebut sebagai terobosan nyata.
“Inisiatif rocket stove oleh mahasiswa UMY ini merupakan yang pertama di Wakatobi. Teknologi tepat guna ini sangat bermanfaat dan bisa dikembangkan lebih luas bersama pemerintah, masyarakat, dan bank sampah di desa lain,” ungkapnya.
Program KKN Tabik UMY yang sudah berjalan selama tiga tahun ini menjadi bukti implementasi catur darma perguruan tinggi Muhammadiyah, khususnya pengabdian kepada masyarakat dan penguatan nilai Al-Islam dan Kemuhammadiyahan.
Kehadiran mahasiswa di kampung Bajo bukan sekadar kegiatan akademik, tetapi juga bukti bahwa perguruan tinggi dapat menghadirkan solusi konkret untuk persoalan lingkungan. Melalui rocket stove, warga Bajo kini memiliki sarana baru untuk mengelola sampah plastik sekaligus menjaga kelestarian laut Wakatobi, warisan alam yang menjadi kebanggaan dunia.
Be the first to comment