Suara riuh anak-anak di Pojok Literasi Sekak, denting alat musik dambus yang kembali dipelajari, hingga aroma khas pekasem teritip yang sedang difermentasi, menjadi bukti bahwa Desa Baskara Bakti di Bangka Tengah kini sedang bergerak. Bukan semata dari warganya, tapi juga karena hadirnya mahasiswa Universitas Muhammadiyah Bangka Belitung (Unmuh Babel) yang melaksanakan Program Pemberdayaan Masyarakat oleh Mahasiswa (PMM).
Program yang berlangsung sejak 28 Juli hingga 25 September 2025 ini masuk dalam skema Diktisaintek Berdampak dari LLDIKTI Wilayah II. Tak heran, tim LLDIKTI langsung turun ke lapangan pada pertengahan Agustus untuk melihat geliat mahasiswa dan warga desa.
Mengusung tema “Merawat Warisan Bahari: Pemberdayaan Masyarakat Desa Baskara Bakti Melalui Konservasi, Literasi, dan Kearifan Sosial”, PMM menghadirkan rangkaian kegiatan kreatif:
- Pojok Literasi Sekak, ruang baca sederhana yang menghidupkan kembali budaya literasi anak-anak pesisir.
- Kelas Foto Cerita Sekak, yang melatih warga muda mendokumentasikan kehidupan desa mereka.
- Pelestarian Seni Dambus, musik tradisional yang hampir hilang.
- Pengembangan UMKM Pekasem Teritip, kuliner laut khas yang diolah dengan inovasi kemasan modern.
- Aksi Bersih Pantai Menuang, sebagai upaya menjaga ekosistem bahari tetap lestari.
“Kami ingin mahasiswa tidak hanya belajar di kelas, tetapi juga terjun langsung ke masyarakat untuk merawat warisan bahari sekaligus mendukung kemandirian lokal,” ujar Randi Syafutra, dosen pendamping PMM dari Unmuh Babel.
Belajar dari Desa, Belajar untuk Bangsa
Bagi mahasiswa, pengalaman ini menjadi laboratorium sosial yang tak ternilai. “Kami belajar bahwa perubahan bisa dimulai dari hal kecil, seperti literasi dan menjaga kebersihan pantai, namun berdampak besar bagi masyarakat,” tutur Fikri, ketua tim mahasiswa PMM.

LLDIKTI Wilayah II, melalui kunjungan yang dipimpin Ipan Saputra Winata, memberi apresiasi tinggi. Menurutnya, PMM Desa Baskara Bakti adalah cermin nyata semangat Diktisaintek Berdampak: menghubungkan perguruan tinggi, mahasiswa, dan masyarakat dalam satu ekosistem kolaborasi.
“Inisiatif seperti ini harus terus didorong karena memperlihatkan bagaimana mahasiswa, dosen, dan masyarakat bisa bersama-sama membangun solusi berbasis potensi lokal,” ungkapnya.
Tak hanya soal aksi di lapangan, aspek komunikasi publik juga diperhatikan. Kehadiran Eza Fadhilah, perwakilan Humas LLDIKTI Wilayah II sekaligus peserta Anugerah Humas Diktisaintek 2025, menegaskan bahwa dokumentasi dan diseminasi cerita keberhasilan program menjadi bagian penting dari keberlanjutan.
Lewat kanal Instagram dan TikTok, kisah mahasiswa dan warga Desa Baskara Bakti kini menjangkau audiens lebih luas. Dengan begitu, pesan sederhana tentang literasi, konservasi, dan kearifan lokal bisa menular ke desa-desa lain.
Dari Desa Baskara Bakti, mahasiswa Muhammadiyah menunjukkan bahwa pengabdian bukanlah seremonial, melainkan kerja nyata yang berpihak pada masyarakat. Dengan merawat warisan bahari, memperkuat identitas budaya, dan mendukung ekonomi lokal, PMM ini sekaligus memperlihatkan wajah baru pendidikan tinggi: dekat dengan rakyat, berdampak pada lingkungan, dan berakar pada nilai sosial.
“Belajar di desa berarti belajar tentang kehidupan. Dari masyarakat, untuk masyarakat, bersama masyarakat.”
Be the first to comment