Opini Mahasiswa
Najihus Salam
(Mahasiswa Ilmu Al-Quran dan Tafsir Universitas Muhammadiyah Surakarta)
Peran Ormawa dan Mahasiswa
“Ormawa sudah tidak relevan dan tidak penting lagi”. Pemikiran hal semacam ini sudah lama muncul, bahkan sering terjadi perdebatan. Namun, semakin lama argumen semacam ini semakin lantang dan semakin disuarakan dimana-mana. Mulai dari berita, meme sampai kajian-kajian khusus. Sampai akhirnya ditemukan fakta sepinya peminat organisasi kemahasiswaan adalah valid. Namun, banyak juga yang berpendapat bahwa organisasi kemahasiswaan masih dibutuhkan dan relevan bagi mahasiswa.
Mahasiswa harusnya tetap menjadi lensa moderat yang berperan penting di garda depan masyarakat, sebagai agen perubahan, pendorong kemajuan, dan keadilan. Selain itu, mahasiswa juga harus mampu melakukan tugas-tugas diplomasi, negosiasi, dan perilaku nyata yang mencerminkan karakter dan kecerdasan intelektualnya sebagai mahasiswa, yang erat kaitannya dengan kelangsungan organisasi kemahasiswaan.
Organisasi kemahasiswaan atau yang biasa dikenal dengan ormawa pada hakikatnya adalah organisasi yang beranggotakan mahasiswa guna mengembangkan bakat, minat, dan potensi yang bertujuan untuk menunjang kemampuan mahasiswa selain dari pembelajaran diruang kelas. Ormawa sudah seharusnya memiliki peran penting dalam hidup mahasiswa. Ormawa juga sebagai salah satu pelopor untuk menjaga reputasi kampus. Tak heran melihat sejarah bahwa dari ormawa banyak melahirkan tokoh-tokoh hebat. Bahkan nama tokoh menjadi embel-embel agar bisa menarik peminat ormawa.
Romantisme Masa Lalu Mahasiswa
Apakah peran ormawa dan kebutuhan mahasiswa masih sejalan? Melirik romantisme masa lalu, aksi aktivis mahasiswa yang tercatat dalam sejarah Indonesia antara lain aksi protes terbesar di Indonesia pada tahun 1998, tepatnya pada masa penggulingan pemerintahan orde baru yang dilakukan oleh aktivis mahasiswa.
Lantas kemana perginya aktivis ormawa hingga membuat ormawa di kampus kehilangan minat? Apakah minimnya branding ormawa menjadi penyebabnya? Hal ini mungkin menjadi salah satu alasan mengapa mahasiswa tidak tertarik untuk bergabung dalam organisasi. Sebab, jika dilihat lebih dekat, branding merupakan salah satu pintu gerbang awal untuk mengenalkan ke mahasiswa, khususnya mahasiswa baru.
Jika ditilik lebih dalam, kian menyusutnya eksistensi ormawa ini juga terlihat dari minimnya minat terhadap open recruitment yang menurun dibandingkan sebelumnya. Bahkan mahasiswa kerap malas menghadiri acara-acara yang diadakan ormawa, terutama untuk menyelesaikan permasalahan bersama. Mereka cenderung acuh tak acuh. Menurunnya antusiasme mahasiswa ini didorong oleh banyak faktor, mulai dari munculnya pilihan institusi yang sangat beragam hingga banyaknya kegiatan akademik yang juga dilakukan secara offline. Namun dibalik itu semua, ada beberapa alasan mengapa mahasiswa khususnya mahasiswa baru kurang berminat untuk bergabung dalam ormawa, hal ini dikarenakan lingkup internal ormawa dan faktor eksternal juga banyak disarankan oleh pihak kampus.
Budak Proker dan Budaya Menggemaskan Ormawa
Minimnya minat terhadap ormawa saat ini juga disebabkan karena beberapa budaya yang diwariskan secara turun temurun, ternyata sudah tidak layak lagi untuk dipertahankan. Banyaknya program kerja seringkali menyebabkan pengurus ormawa menjadi “budak proker”, beralih dari rapat hingga prokeran setiap akhir pekan, sehingga tak jarang menyebabkan mahasiswa kehilangan waktu liburan.
Selain itu, program kerja yang besar seringkali mengharuskan mahasiswa untuk mencari dana tambahan untuk memenuhi segala kebutuhannya selama mengikuti kegiatan. Program-program pendanaan yang ketinggalan jaman, seperti penjualan risol, es the, dan promosi berbayar yang mengurangi nilai estetika akun media sosial, khususnya feed instagram, juga dicantumkan untuk keperluan pendanaan. Budaya ormawa yang menggemaskan ini kerap menjadi ejekan mahasiswa “kupu-kupu” kepada pengurus ormawa. Belum lagi faktor internal ormawa yang lain, seperti keadministrasian, pencairan dana yang sulit dan sebagainya.
Program MBKM
Program Merdeka Belajar Kampus Mengajar (MBKM) saat ini nampaknya menjadi primadona dan sorotan bagi banyak mahasiswa. Karena banyak pilihan ragam program yang ditawarkan dan benefit seperti intensif dan sertifikat pengalaman kerja yang sudah pasti sangat diminati daripada sertifikat pengalaman organisasi.
Hal semacam inilah salah satu menjadi faktor eksternal kebanyakan mahasiswa untuk bergeser haluan dari sibuk berorganisasi berpindah untuk lebih fokus ke dunia kerja. Dengan berbagai argumen tidak mengikuti ormawa, apakah masih ada alasan bahwa ormawa itu cukup berdaya?
Regenerasi Kepengurusan: Refleksi Ormawa
Terlepas keinginan mahasiswa ingin memilih mengikuti HMP, BEM, IMM, UKM, hingga organisasi eksternal kampus. Keseluruhan itu tergantung pada individu masing-masing, terkait apa yang ingin dikembangkan dalam proses berorganisasi.
Disatu sisi pemikiran optimis bahwa ormawa internal maupun eksternal kampus akan tetap eksis dan masih relevan bagi mahasiswa dalam beberapa tahun kedepan. Namun disisi lain, pengurus yang aktif di ormawa perlu berfikir lebih reflektif apakah ormawa masih cukup berdaya untuk menjaga eksistensi dan fungsinya?
Sebentar lagi kampus UMS tercinta, diakhir tahun seluruh ormawa akan sibuk bermusyawarah untuk melanjutkan keberlangsungan hidup ormawanya masing-masing. Alangkah baiknya, momentum regenerasi ini, jangan dijadikan ajang untuk mencari-cari kesalahan bahkan menyerang individunya saat lpj-an berlangsung. Tapi, ini adalah waktu yang cocok bagi seluruh ormawa melakukan refleksi terkait sistem yang ormawa jalankan masing-masing. Apakah masih sesuai dengan kebutuhan mahasiswa sekarang atau sudah terlalu kuno dan tidak layak untuk tetap dijalankan.
Oleh karena itu, agar ormawa tetap berdaya untuk terus fokus pada kebermanfaatan, visi, misi, tujuan, dan harapan mahasiswa. Tidak stagnan, ormawa harus dinamis terus beradaptasi dengan perubahan dan minat mahasiswa serta kebermanfaatan untuk mahasiswa. Perlu diingat, ormawa adalah bagian penting dilingkungan akademik maupun masyarakat. Melalui ormawa membantu mencetak pemimpin masa depan dan membantu mempersiapkan mahasiswa untuk bisa berkontribusi nyata dan sukses dalam masyarakat.
Semoga ormawa bisa bertahan, berkembang dan mengoptimalkan perannya untuk terus beradaptasi sesuai dengan perubahan gaya hidup dan preferensi mahasiswa. Semoga ormawa terus bisa memenuhi kebutuhan dan harapan mahasiswa. Semangat pengurus ormawa!
Be the first to comment