Tujuan Pendidikan Muhammadiyah sebagai Ujung Tombak Dakwah

Busyro Muqoddas Ketua PP Muhammadiyah Bidang Hukum, HAM dan Hikmah periode 2022-2027 (Dok. Muhammadiyah.or.id)
Busyro Muqoddas Ketua PP Muhammadiyah Bidang Hukum, HAM dan Hikmah periode 2022-2027 (Dok. Muhammadiyah.or.id)

Tujuan pendidikan, termasuk di Muhammadiyah, agar manusia itu bisa semakin menyadari hakikat dirinya. Pendidikan merupakan proses menyadarkan manusia dengan cara yang sebaik-baiknya, sabar, tekun. Tegas Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Dr M. Busyro Muqoddas SH MHum dalam Pengajian Ahad Pagi yang diselenggarakan Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kebumen pada Ahad, (21/07/2024).

Esensi pendidikan yang disampaikan oleh Busyro bukan sekadar transfer pengetahuan, melainkan serangkaian proses yang lebih dalam dan bermakna. Di mana, Ia menegaskan bahwa tujuan utama pendidikan adalah untuk membangkitkan kesadaran dalam diri manusia.

Dalam penjelasannya, Busyro menekankan pentingnya metode yang tepat dalam proses pendidikan. Bahwa pendidikan harus dilakukan dengan cara “yang sebaik-baiknya”. Hal ini mengisyaratkan bahwa diperlukan pendekatan yang cermat dan terencana dalam mendidik.

Sementara dalam proses itu, terdapat dua hal yang harus dimiliki yaitu kesabaran dan ketekunan. Sebab, membangkitkan kesadaran manusia agar semakin memahami “hakikat dirinya” bukanlah proses yang instan, tetapi membutuhkan waktu dan upaya yang konsisten.

Kesadaran terhadap diri ini, lanjut Busyro, akan mendorong manusia memiliki sikap kehati-hatian. Sikap kehati-hatian yang digunakan untuk selalu bersyukur atas ilmu, kesehatan, kesempatan, kekayatan, jabatan dan, banyak hal lainnya.

“Pendidikan yang baik akan membentuk manusia menjadi pemimpin yang bijaksana. Pemimpin yang menjaga kelestarian alam, termasuk daratan, lautan, dan segala sumber daya di bumi. Demikianlah, keberadaan manusia di muka bumi untuk memelihara bumi dan seisinya,” imbuh Ketua Bidang Hukum, HAM, dan Hikmah Periode 2022-2027 itu.

Ujung Tombak Dakwah Muhammadiyah

Dalam kesempatan ini, Busyro mengungkap rahasia di balik alasan Muhammadiyah menjadikan pendidikan sebagai ujung tombak dakwah Persyarikatan. Ia menjelaskan makna dakwah lewat pendidikan tidak sekadar pendidikan formal, termasuk pendidikan melalui pengajian.

“Pendidikan itu sangat penting. Kita bisa lihat, saat pertama kali Muhammadiyah didirikan oleh Kiai Haji Ahmad Dahlan, atas izin Allah Swt. dengan pendidikan, baru kemudian bidang kesehatan,” paparnya.

Lebih lanjut, Busyro mengingatkan yang perlu digaris bawahi, bahwa tujuan pendidikan Muhammadiyah yang diselenggarakan Persyarikatan berlaku secara inklusif. Bukan hanya diperuntukan bagi warga Muhammadiyah atau umat Islam saja, tetapi untuk semua tanpa terkecuali.

Pendidikan Muhammadiyah di Tanah Papua

Bukti pendidikan yang inklusif, Busyro menceritakan eksistensi Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) dari sekolah sampai perguruan tinggi di tanah Papua yang mayoritas non muslim.

Biarawati Merak Ati, lulusan Universitas Muhammadiyah Sorong Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) (Dok. UNIMMUDA Sorong)
Biarawati Merak Ati, lulusan Universitas Muhammadiyah Sorong (Dok. UNIMMUDA Sorong)

“Pendidikan di sana itu terbuka untuk semua orang. Mau dari lintas agama, partai, suku, atau latar belakang apapun,” jelasnya. “Bukan hanya untuk orang Muhammadiyah atau orang Islam saja.”

Busyro bersyukur, Muhammadiyah mampu mempertahankan eksistensinya sejak 1912 dan terus bekembang untuk memberikan manfaat secara luas. Ia meyakini, keberhasilan ini tidak lepas dari pengelolaan organisasi yang sistematis dan berdasarkan meritokras. []ron

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*