
Program kolaborasi internasional antara mahasiswa Ilmu Komunikasi (Ikom) Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) dan Fakultas Ekonomi dan Muamalat (FEM) Universitas Sains Islam Malaysia (USIM) melahirkan sebuah karya unik.
Pada program bertajuk “Cinequest” yang memproduksi film pendek horor berjudul “Tokek” mengangkat mitos Jawa. Produksi film dilaksanakan dalam sehari di daerah Prambon, Sidoarjo, pada Rabu (6/8/2025).
Kerja sama ini menjadi proyek film pendek kolaborasi internasional pertama bagi Ikom Umsida, khususnya dengan komunitas Communication Cinema (Comma). Meski dalam masa liburan semester, semangat para mahasiswa Comma tak surut untuk mewujudkan proyek ini.
“Walaupun sedang libur semester, alhamdulillah teman-teman Comma tetap semangat untuk mengerjakan film yang hanya berdurasi satu hari, mengingat singkatnya waktu delegasi USIM di Indonesia,” ungkap Poppy Febriana, selaku Dekan FBHIS Umsida.
Pembina Comma, M. Andi Fikri, menjelaskan bahwa naskah film Tokek telah dipersiapkan sebelumnya untuk efisiensi waktu. Naskah ini merupakan adaptasi dari karya mahasiswa Ikom Umsida angkatan 2019.
Genre horor dipilih karena dianggap relevan dengan selera pasar saat ini. Tema “Cross-Cultural Journey” pada program Cinequest juga diwujudkan dengan mengangkat mitos tokek, yang sangat kental dalam budaya Jawa.
Produksi film ini menjadi tantangan tersendiri, mulai dari syuting hingga editing dan review. “Produksi film ini memakan waktu singkat. Setelah itu, langsung diedit dan direview bersama,” jelas Andi.
Untuk menyiasati keterbatasan waktu, tim Comma sudah membagi tugas secara profesional, bahkan mengikutsertakan mahasiswa USIM sesuai dengan kemampuan. Sutradara film ini, M. Afnani Firdaus, menyebutkan ada sekitar 20 anggota Comma dari berbagai semester, termasuk alumni.
“Kita terkendala di waktu, pengambilan scene film berlatar di sore hari , jadi kami harus bisa mensiasati hal tersebut,” kata Afnan.
“Di sini mahasiswa USIM banyak berkontribusi, dan kita tidak membedakan jobdesk dengan mahasiswa Umsida,” terangnya. Bagi Afnan, pengalaman ini sangat berkesan karena merupakan kali pertamanya menjadi sutradara dan harus berkoordinasi dengan dua kampus dalam satu proyek yang dikerjakan secara kilat.
Belajar Budaya dan Pengalaman Baru
Salah satu mahasiswa USIM yang terlibat, Mohamad Nur Iman, mengaku banyak belajar dari kolaborasi ini. Bertugas di bagian audio, Iman mendapatkan banyak wawasan baru dari mahasiswa Umsida.
“Kami memiliki perspektif baru dalam pembuatan film, terlebih film ini dibuat hanya dalam satu hari, sejak pagi hingga gelap,” ungkap Iman.
Ia juga mengaku terkesan dengan budaya Jawa, terutama mitos tokek, yang menjadi tema utama film. Secara keseluruhan, Iman merasa Cinequest adalah program yang sangat bermanfaat, yang tidak hanya mengajarkan teori tetapi juga praktik langsung di lapangan.
Meski terlihat lelah, Andi Fikri menyaksikan semangat besar dari para mahasiswa, khususnya dari USIM, yang telah menjalani jadwal padat selama di Indonesia. “Hal ini bertujuan agar mereka tahu bahwa pembuatan film tak semudah itu, membuat film merupakan pekerjaan yang serius,” kata Andi.
Andi berharap kerja sama ini tidak berhenti sampai di sini dan film Tokek bisa diikutsertakan dalam berbagai kompetisi dan festival. Keberhasilan proyek ini membuktikan bahwa dengan semangat dan profesionalisme, kolaborasi internasional dapat menghasilkan karya yang berkualitas, bahkan dalam waktu yang sangat terbatas.
Be the first to comment