
Prestasi membanggakan kembali ditorehkan mahasiswa Universitas Ahmad Dahlan (UAD). Atsiil Qhina Valeria, mahasiswa Program Studi Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Industri (FTI), berhasil lolos pendanaan penelitian dari program Indofood Riset Nugraha (IRN) 2025–2026, sebuah inisiatif riset nasional yang digagas PT Indofood Sukses Makmur Tbk.
Melalui penelitian bertajuk “Potensi Peptida Bioaktif Hidrolisat Protein Belalang dengan Enzim Bromelin sebagai Inhibitor Angiotensin-I-Converting Enzyme (ACE)”, Atsiil menjadi salah satu dari sedikit mahasiswa di Indonesia yang terpilih dalam program CSR Indofood yang telah berjalan sejak 2006 itu.
Program IRN tahun ini mengangkat tema “Penelitian Pangan Fungsional Berbasis Potensi dan Kearifan Lokal.” Atsiil meneliti potensi belalang kayu (Valanga nigricornis) sebagai sumber protein alami yang dapat diolah menjadi bahan pangan fungsional untuk membantu mencegah hipertensi.
“Penelitian ini berangkat dari keinginan untuk menghadirkan solusi alami bagi masyarakat. Belalang memiliki kandungan protein tinggi yang bisa dimanfaatkan untuk kesehatan, khususnya dalam pencegahan hipertensi,” ungkap Atsiil.
Ia menambahkan, penelitian ini tidak lepas dari bimbingan Aprilia Fitriani, dosen pembimbing yang turut mendukung penyusunan proposal hingga proses pengajuan pendanaan ke Indofood.
Alternatif Alami untuk Cegah Hipertensi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi masih menjadi masalah kesehatan yang banyak diderita masyarakat Indonesia. Umumnya, terapi dilakukan dengan obat sintetik seperti kaptopril. Namun, penggunaan jangka panjang berpotensi menimbulkan efek samping, sehingga dibutuhkan alternatif berbasis bahan alam.
Dalam risetnya, Atsiil menghidrolisis protein belalang menggunakan enzim bromelin (enzim alami dari buah nanas) untuk menghasilkan peptida bioaktif. Hasilnya diharapkan dapat berfungsi sebagai penghambat aktivitas ACE, enzim yang berperan penting dalam pengaturan tekanan darah.
“Tujuan penelitian ini adalah menemukan waktu hidrolisis yang paling optimal untuk menghasilkan aktivitas ACE-Inhibitory tertinggi,” jelasnya. “Harapannya, protein tepung belalang bisa dikembangkan menjadi pangan fungsional antihipertensi yang aman, alami, sekaligus mendukung pemanfaatan sumber daya lokal,” tambahnya.
Keberhasilan Atsiil menunjukkan konsistensi UAD dalam mendorong budaya riset dan inovasi di kalangan mahasiswa, terutama dalam bidang sains dan teknologi pangan. Melalui dukungan dosen, laboratorium, dan ekosistem riset yang kuat, UAD terus mencetak generasi peneliti muda yang mampu menjawab tantangan pangan dan kesehatan masa depan dengan pendekatan ilmiah dan berkelanjutan.
Be the first to comment