Tim FTI UAD Wakili Indonesia di Ecothon 2025, Usung Deterjen Biodegradable Berbasis Lerak

Tim FTI UAD Wakili Indonesia di Ecothon 2025, Usung Deterjen Biodegradable Berbasis Lerak
Tim peneliti dari Fakultas Teknologi Industri (FTI) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) (Foto. Tim Riset FTI UAD)

Tim peneliti Fakultas Teknologi Industri (FTI) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) terpilih mewakili Indonesia dalam ajang Ecothon Alumni Global Acceleration Program 2025 yang digelar di Kuala Lumpur, Malaysia, pada 8–11 Desember 2025.

Dalam forum akselerasi inovasi tingkat Asia Tenggara yang diselenggarakan ASEM SMEs Eco Innovation Center (ASEIC) bekerja sama dengan Hanns-Seidel Foundation (HSF) tersebut, UAD membawa LESIK, produk deterjen biodegradable berbasis biosurfaktan alami. Inovasi ini berhasil menembus jajaran 15 startup terbaik se-Asia Tenggara dan menjadi satu dari lima startup perwakilan Indonesia.

LESIK merupakan hasil riset kolaboratif lintas program studi di FTI UAD yang diketuai oleh Hayati Mukti Asih bersama Rachma Tia Evitasari, Tatbita Titin Suhariyanto, serta Muhammad Faishal. Tim ini mengembangkan deterjen ramah lingkungan berbahan dasar buah lerak (Sapindus rarak) yang kaya saponin, senyawa alami dengan daya bersih tinggi.

Berbeda dengan deterjen konvensional yang kerap meninggalkan residu kimia persisten dan mencemari air limbah rumah tangga, LESIK dirancang 100 persen biodegradable, bebas fosfat, dan aman bagi kulit sensitif. Produk ini bersifat hipoalergenik, mudah terurai di alam, serta tidak menimbulkan dampak jangka panjang terhadap ekosistem perairan.

Tak hanya unggul secara konsep, LESIK juga telah melewati berbagai tahapan uji mutu. Produk ini memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI) melalui pengujian di laboratorium tersertifikasi Komite Akreditasi Nasional (KAN), memiliki izin edar, serta dilindungi melalui Paten Sederhana. Dengan karakteristik tersebut, LESIK dinilai siap memasuki tahap komersialisasi dan bersaing di pasar deterjen ramah lingkungan.

Menurut Ketua Tim Peneliti, Hayati Mukti Asih, keikutsertaan dalam Ecothon 2025 bukan sekadar ajang pamer inovasi, melainkan momentum untuk menguji kesiapan bisnis (investor readiness) dari riset kampus.

“Inovasi ini adalah jembatan antara laboratorium dan pasar. Kami ingin menunjukkan bahwa riset perguruan tinggi dapat berkembang menjadi usaha yang skalabel, berdampak sosial, dan tetap berpijak pada kearifan lokal,” ujarnya.

Ia menambahkan, pengembangan LESIK juga sejalan dengan agenda pembangunan berkelanjutan global, khususnya Sustainable Development Goals (SDGs), yakni SDG 6 (Air Bersih dan Sanitasi Layak) serta SDG 12 (Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab). Pemanfaatan lerak sebagai bahan baku utama menjadi bentuk revitalisasi sumber daya lokal menuju industri masa depan yang berorientasi zero waste.

Saat ini, tim peneliti FTI UAD tengah membuka peluang kolaborasi dan pendanaan untuk memperkuat sertifikasi skala industri serta meningkatkan kapasitas produksi. Langkah ini diproyeksikan agar LESIK tidak hanya hadir sebagai produk inovatif, tetapi juga mampu menjadi pemain utama di pasar deterjen ramah lingkungan, baik nasional maupun regional.

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*