
Berbagai cerita dan testimoni tentang betapa inklusifnya lembaga pendidikan Muhammadiyah sudah tersebar di mana-mana. Dilansir dari website ibtimes.id yang berbagi kisah nyata Juliana Atmadja, salah satu mahasiswa prodi hukum di Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) yang membuktikan betapa inklusifnya lembaga pendidikan Muhammadiyah.
Lili adalah seorang mahasiswa prodi hukum di Universitas Muhammadiyah Surakarta, salah satu kampus milik Muhammadiyah. Ia beragama Kristen, tepatnya Katolik. Sosok perempuan muda yang taat menjalankan perintah agama, setiap hari Minggu ke Gereja. Taat beragama tak serta merta membuat Lili menjadi non-muslim yang eksklusif.
Tidak Ada Diskriminasi
Sebagai seorang Kristiani, ia tidak pernah mengalami diskriminasi dari civitas kampus. Malahan, ia belajar banyak tentang arti kerukunan umat beragama dan persatuan dari Muhammadiyah. “Saya beragama Kristen, tapi kuliah di kampus Muhammadiyah. Saya kuliah dengan aman dan nyaman. Penuh toleransi, tak ada diskriminasi,” ucap Lili
Lili mengaku mendapat banyak teman di kampus, meski berbeda agama dan keyakinan. Ia Katolik temannya muslim. Lili mengatakan, kami berteman tanpa memandang agama, sebab bagi kami agama itu urusan pribadi masing-masing. Kami membangun pertemanan di atas sekat-sekat agama.
Tidak Ada Doktrinisasi
Begitu halnya dalam pengajaran mata kuliah, Lili tidak pernah merasa ada doktrin untuk masuk Islam dari dosen dan teman-teman muslim terdekatnya. Ia tetap taat beragama Kristen sekalipun kuliah di kampus Muhammadiyah. “Di mata kuliah wajib hukum Islam. Dosennya memahami bahwa kami non muslim. Jadi dipermudah jika kami kurang paham, termasuk yang berkaitan dengan bacaan ayat-ayat Al-Qur’an khususnya,” tuturnya.
Tidak Ada Paksaan
Muhammadiyah, menurut Lili, tidak pernah memaksa orang lain untuk memeluk agama Islam. Muhammadiyah adalah organisasi yang terus memberi banyak manfaat bagi umat dan bangsa di berbagai bidang seperti pendidikan, ekonomi, sosial, dan kesehatan dan lain-lain. “Walau di awal-awal kami wajib mengikuti mata Al-Islam dan Kemuhammadiyahan, tapi isi materinya sama sekali tidak mengandung doktrin yang memaksa kami untuk masuk Islam. Isinya justru membahas Islam dan Muhammadiyah dalam bahasan yang luas,” imbuhnya. []mzy
Be the first to comment