Universitas Ahmad Dahlan (UAD) kembali mencatatkan prestasi nasional setelah berhasil mempertahankan posisinya dalam Klaster Mandiri, klaster tertinggi penilaian kinerja penelitian dan pengabdian kepada masyarakat oleh Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemendiktisaintek). Tahun ini, UAD menjadi satu dari 56 perguruan tinggi yang menempati klaster tertinggi dari total 1.159 perguruan tinggi akademik se-Indonesia.
Capaian tersebut menandai empat tahun berturut-turut UAD berada pada level teratas. Prestasi ini sekaligus menunjukkan konsistensi kampus dalam menjaga mutu penelitian, publikasi ilmiah, dan inovasi yang berdampak.
Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) UAD, Anton Yudhana menyampaikan rasa syukur atas keberhasilan tersebut.
“Alhamdulillah, UAD untuk tahun keempat tetap masuk Klaster Mandiri. Ini hasil kerja keras dosen-dosen UAD yang konsisten meningkatkan kinerja penelitian dan pengabdian,” ujarnya, Sabtu (15/11).
Menurut Anton, luaran penelitian menjadi faktor utama dalam penilaian klaster, terutama publikasi di Sinta dan Scopus, serta peningkatan kekayaan intelektual.
“Partisipasi dosen sangat tinggi. Publikasi meningkat, dan kekayaan intelektual seperti hak cipta, desain industri, paten, hingga merek terus bertambah. Semua ini diukur dalam SINTA dan menjadi kekuatan UAD,” jelasnya.
Ia menambahkan bahwa UAD termasuk enam besar nasional untuk desain industri, dan tiga tahun berturut-turut menjadi peringkat pertama PTS penerima dana penelitian DPPM.
Untuk menjaga kualitas, LPPM UAD secara aktif memberikan Apresiasi Produk Karya Ilmiah (APKI) serta pendampingan melalui klinik penelitian bagi para dosen.
“Kami terbantu oleh taskforce dan koordinator prodi yang memantau perkembangan penelitian dan publikasi. Sistem ini membuat ritme penelitian dosen tetap terjaga,” jelas Anton.
Langkah ini membuat ekosistem riset di UAD berkembang stabil dan menghasilkan output yang terukur setiap tahun.
Ke depan, UAD memperluas fokus penelitian pada kesehatan dan pangan, termasuk pengembangan alat kesehatan serta teknologi pertanian bekerja sama dengan KUBI dan Adi Multi Kalibrasi.
Anton menegaskan bahwa inovasi-inovasi yang telah mencapai Tingkat Kesiapterapan Teknologi (TKT) 7 ke atas akan diarahkan menuju tahap komersialisasi.
“Karya inovasi akan kami dorong masuk ke pasar nasional maupun internasional. Kami siapkan agar bisa bersaing dan memberi manfaat sebesar-besarnya,” tegasnya.
Be the first to comment