Dr Ir Hikmah M Ali SPt MSi APU, ASEAN Eng dalam ceramahnya menekankan pentingnya perspektif sosial dalam kurban. Menurutnya, makna kurban bukan hanya tentang pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat, tetapi juga tentang menciptakan dampak positif bagi lingkungan sosial. “Salah satu keluhan yang banyak muncul di masjid dan sekitar masjid setelah Idul Kurban adalah bau yang muncul dari bekas pemotongan hewan kurban, yang kedua adalah sumur-sumur masyarakat yang tinggal di sekitar masjid biasanya masih menerima dampak sampai sebulan setelah Idul Qurban,” jelas Dr Hikmah dalam pengajian yang diadakan bertempat di Masjid Subulussalam Al-Khoory Universitas Muhammadiyah Makassar (Unismuh), Kamis (13/06/2024).
Oleh karena itu, ia menekankan pentingnya memperhatikan pedoman pelaksanaan pemotongan hewan kurban yang berdampak pada lingkungan sosial. Salah satunya adalah dengan menampung dan memindahkan aliran darah yang dihasilkan agar tidak mencemari lingkungan sekitar.
Sementara itu, Prof H Dr Arifuddin Ahmad, MAg menambahkan pembahasan makna kurban ditinjau dari perspektif normatif-teologis. Ia menegaskan bahwa esensi kurban bukan terletak pada jumlah hewan yang dikorbankan, melainkan pada ketakwaan dan ketaatan kepada Allah SWT. “Bukan pada persoalan berapa nyawa, berapa helai rambut, berapa darah mengalir, serta berapa kilo daging, tapi persoalan ketakwaan kita kepada Allah, sebagai momentum untuk membuktikan bhwa betapapun kita manusia mencintai duniawi termasuk hewan sebagai bagian dari kekayaan, dan kita diuji atas ketaatan, maka perintah harus didahulukan,” tambah Prof Arifuddin.
Be the first to comment