UM Kendari Gelar Bedah Buku Kristen Muhammadiyah: Ikhtiar Muhammadiyah Merawat Kemajemukan

UM Kendari Gelar Bedah Buku Kristen Muhammadiyah: Ikhtiar Muhammadiyah Merawat Kemajemukan

Universitas Muhammadiyah (UM) Kendari mengadakan bedah buku Kristen Muhammadiyah: Mengelola Pluralitas Agama dalam Pendidikan di Aula Gedung E pada Sabtu (24/8/24). Kegiatan dalam rangka memperingati milad ke-23 UM Kendari ini mengangkat tema bertajuk “Merawat Bangsa Melintasi Zaman: Ikhtiar Muhammadiyah Merawat Kemajemukan” yang menghadirkan sejumlah tokoh penting dari dunia pendidikan dan agama.

Fajar Riza Ul Haq yang merupakan penulis buku sekaligus Ketua Lembaga Kajian Kebijakan Strategis (LKKS) Pimpinan Pusat Muhammadiyah, hadir menjadi narasumber utama. Fajar menggambarkan situasi toleransi di daerah-daerah terpencil di Indonesia, terutama di daerah 3 T (Terdepan, Terpencil, dan Tertinggal). Daerah-daerah yang dimaksud adalah Ende di Nusa Tenggara Timur, Serui di Papua, dan Putussibau di Kalimantan Barat.

Fajar melihat fenomena Kristen Muhammadiyah (KrisMuha) menjadi sebuah interaksi intens antara siswa Muslim dan Kristen di sekolah-sekolah Muhammadiyah sebagai fenomena yang perlu dicermati. “Interaksi ini tidak serta-merta menghilangkan identitas mereka sebagai penganut Kristen yang taat,” jelasnya. Dalam paparannya, Fajar juga menjelaskan bahwa buku yang ditulisnya mendapatkan antusiasme yang tinggi dari masyarakat, walaupun buku ini pertama kali diterbitkan pada 2009 lalu. “Ini merupakan kontribusi nyata dari Persyarikatan Muhammadiyah dalam membangun generasi Indonesia yang lebih toleran dan inklusif,” tambahnya.

Sementara itu, Has Al Gebra selaku editor dan juga penulis buku menekankan pentingnya data empiris yang dikedepankan dalam karya ini. “Keunggulan buku ini terletak pada penyajian data-data empiris yang sangat bermanfaat, terutama dalam bidang ilmiah. Saya berharap buku ini bisa lebih mendalami asal-usul pemikiran K.H. Ahmad Dahlan terkait pluralisme,” ungkapnya.

Pandangan yang sama disampaikan oleh Ev. Munfaridah dari Majelis Gereja Kebangunan Alam Indonesia (GKKA) Indonesia Jemaat Kendari. Munfaridah menilai bahwa dialog antaragama yang diangkat dalam buku ini sangat relevan untuk menjaga harmoni di tengah keberagaman bangsa. “Kami mengapresiasi gerakan pendidikan yang dilakukan Muhammadiyah. Dengan adanya sekolah-sekolah Muhammadiyah, kami menjadi mengenal Muhammadiyah. Kemudian dengan ruang dialog ini, kita belajar untuk saling terbuka dan menghargai satu sama lain,” ucapnya.

Tantangan terbesar bagi generasi muda yang telah terdidik dalam alam pikiran terbuka, lanjut Munfaridah yaitu mentransformasikan perbedaan menjadi kekuatan bersama. Generasi muda yang inklusif diharapkan mengambil peran aktif dalam menjembatani jurang perbedaan sekaligus merekat jaring sosial masyarakat. “UM Kendari diharapkan dapat menjadi laboratorium sosial di Sulawesi Tenggara (Sultra). Acara ini bukan sekedar ajang diskusi akademik, tetapi juga menjadi momentum bagi UM Kendari untuk kembali meneguhkan komitmennya dalam merawat kebhinekaan melalui Pendidikan,” jelas Munfaridah. Perayaan Milad kali ini menjadi refleksi atas peran Muhammadiyah dalam menjaga kemajemukan dan membangun bangsa yang toleran serta inklusif. []ic

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*