Suku Bajo merupakan masyarakat yang memiliki budaya maritim yang kuat. Sehari-hari mereka hidup bersama lautan. Laut telah menjadi saudara bagi masyarakat Bajo. Kedekatan dengan laut ini juga terlihat dalam perayaan hari kemerdekaan Republik Indonesia ke-79 yang digelar oleh masyarakat Bajo dan tim Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tapak Pengabdi Khatulistiwa (Tabik) generasi 4 dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY).
“Salah satu program KKN adalah pelestarian budaya Bajo, yang implementasinya dalam festival budaya dan seni. Acara digelar terapung dengan memanfaatkan perahu, jadi tidak ada material yang habis pakai. Ini sekaligus untuk edukasi pentingnya kebersihan,” ujar Lutfi Hidayat, ketua tim KKN Tabik UMY pada Senin (19/8/2024). Mahasiswa Ilmu Pemerintahan UMY ini menambahkan bahwa persiapan dan pelaksanaan dilakukan kolektif gotong royong dengan warga Bajo yang tinggal di Desa Mola Nelayan Bakti, Wakatobi, Sulawesi Tenggara.
Festival budaya menampilkan seni tari tradisional Bajo, pencak silat, dan tarik tambang dengan perahu. Para penampil adalah anak-anak, ibu-ibu, bapak-bapak, dan karang taruna desa Mola Nelayan Bakti. Kiprah KKN Tabik UMY mendapat apresiasi dari rektor Institut Teknologi dan Bisnis Muhammadiyah (ITBM) Wakatobi, Arusani. “Program pengabdian masyarakat dari mahasiswa KKN Tabik UMY dengan festival budaya dan seni sangat bagus, karena mampu mengundang partisipasi masyarakat,” ujarnya.
Program KKN UMY di Wakatobi telah berjalan dua tahun. Masyarakat suku Bajo yang tinggal di desa Mola Nelayan Bakti mendukung sepenuhnya KKN UMY dengan terlibat dalam berbagai program KKN. Kegiatan ini diikuti tujuh belas mahasiswa UMY yang berasal dari berbagai fakultas dan jurusan. [] fj & nis
Be the first to comment