Fenomena Gerhana Bulan Total yang terjadi pada Ahad–Senin, 7-8 September 2025, juga diamati oleh Universitas Ahmad Dahlan (UAD). Melalui Lembaga Pengembangan Studi Islam (LPSI), UAD menyelenggarakan Salat Gerhana sekaligus pengamatan langsung di Masjid Islamic Center UAD, mulai pukul 23.30 WIB. Acara ini terbuka untuk masyarakat umum dan disiarkan secara langsung melalui kanal YouTube LPSI UAD.
Dalam kegiatan tersebut, Salat Gerhana dipimpin oleh Wakil Rektor Bidang AIK, Nur Kholis, sementara khutbah disampaikan oleh Rektor, Muchlas. Setelah ibadah, jamaah diajak mengamati langsung fenomena langit yang mencapai fase total pada pukul 00.30 WIB, Senin (8/9).
Dalam khutbahnya, Muchlas menyinggung berbagai mitos yang masih hidup di masyarakat, baik di Indonesia maupun di mancanegara. Misalnya keyakinan bahwa gerhana terjadi karena matahari dimakan buto atau makhluk jahat, larangan bagi ibu hamil keluar rumah, hingga anggapan gerhana sebagai pertanda kematian seseorang.
“Namun, sesuai hadis riwayat Muslim, matahari dan bulan adalah sebagian dari tanda kebesaran Allah. Keduanya tidak mengalami gerhana karena kematian atau kelahiran seseorang. Maka bertakbirlah, berdoalah, salat, dan bersedekahlah apabila mendapati gerhana,” tegas Muchlas.
Selain pemaknaan religius, fenomena ini juga dijelaskan secara ilmiah. Gerhana bulan terjadi ketika bumi berada di antara matahari dan bulan, sehingga cahaya matahari terhalang dan membentuk bayangan pada permukaan bulan.
Muchlas menambahkan, melalui ilmu astronomi, fenomena tersebut dapat diprediksi dengan sangat akurat. “Dalam abad ke-21 ini, antara tahun 2001–2100, akan terjadi 224 kali gerhana matahari dan 230 kali gerhana bulan, terdiri atas 87 penumbra, 58 sebagian, dan 85 total,” jelasnya.
Tahun 2025 sendiri akan mengalami dua kali gerhana bulan total, yakni pada 14 Maret dan 7 September.
Fenomena ini bukan sekadar agenda pengamatan, melainkan juga sarana edukasi publik untuk mengintegrasikan iman dan ilmu pengetahuan. Jamaah dan masyarakat diajak melihat gerhana sebagai ayat Allah (tanda-tanda kebesaran Allah), sekaligus bukti keteraturan kosmos yang bisa dipelajari melalui sains.
Dengan pendekatan ini, UAD senantiasa menempatkan posisinya sebagai perguruan tinggi Muhammadiyah yang konsisten mengusung integrasi ilmu agama dan ilmu pengetahuan. “Fenomena alam seperti gerhana bulan harus disikapi dengan iman yang kuat sekaligus menambah wawasan astronomi. Dengan begitu, umat dapat semakin dekat kepada Allah sekaligus semakin cerdas memahami semesta ciptaan-Nya,” pungkas Muchlas.
Be the first to comment