Dalam rangka menyambut Tahun Baru 1446 Hijriah, Pimpinan Pusat Muhammadiyah menggelar pengajian dengan judul “Kalender Hijriah Global Tunggal: Landasan dan Penerapan”. Pengajian ini disiarkan secara langsung melalui tvMu pada Jumat (5/7/2024). Acara ini sekaligus menandai launching Kalender Hijriah Global Tunggal (KHGT) mulai tahun 1446 Hijriah.
Dalam sambutannya, Prof Abdul Mu’ti selaku Sekretaris Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah menyatakan bahwa penerapan KHGT merupakan bagian dari pelaksanaan keputusan Muktamar Muhammadiyah ke-48 di Surakarta. “Pelaksanaan Kalender Hijriah Global Tunggal sebagai bagian dari pelaksanaan Keputusan Muktamar Muhammadiyah ke-48 berkaitan dengan isu-isu strategis keumatan, kebangsaan, dan kemanusiaan universal. Ini menjadi persoalan yang kompleks. Tidak hanya dalam konteks ibadah, tetapi juga berkaitan dengan masalah politik, baik lokal maupun global,” katanya.
Dr Oman Fathurahman dari Majelis Tarjih dan Tajdid (MTT) PP Muhammadiyah selaku narasumber dalam pengajian ini menjelaskan bahwa KHGT adalah kalender Hijriah dengan satu hari satu tanggal di seluruh dunia. “KHGT adalah kalender Hijriah satu hari satu tanggal di seluruh dunia. Artinya, tanggal satu hari mengalir dari timur ke barat mulai pukul 00.00 atau 24.00. Dari 180 derajat ke 180 derajat lagi pada hari dan tanggal yang sama. Nah itu seperti hari Ahad 1 Muharram/7 Juli mengalir dari Timur ke Barat,” terangnya.
Selain itu, Oman juga menjelaskan bahwa KHGT juga merupakan bentuk penerapan ayat-ayat yang ada di dalam Alquran mengenai addinul qayyim atau agama yang lurus. “Kalender yang pasti, tegas, dan mapan merupakan salah satu ciri addinul qayyim atau agama yang lurus. Itulah sebabnya menjadi penting kalender ini dirumuskan secara jelas, tegas, pasti, dan konsisten. Jadi, bukan hanya sekedar teknis saja,” tegas Oman.
Sementara itu, Dr Maskufa MA dari MTT PP Muhammadiyah mengatakan bahwa KHGT merupakan lompatan ijtihad Muhammadiyah dalam menjawab kebutuhan ibadah yang sifatnya global. “KHGT menjadi lompatan ijtihad Muhammadiyah dalam menjawab kebutuhan ibadah dan ketetapan-ketetapan tanggal yang sifatnya global. Oleh karena itu perlu diperkuat dengan ontologi, aksiologi, dan epistemologi sehingga dapat diterima oleh semua pihak,” jelas Maskufa.
Maskufa menambahkan jauh sebelum Konferensi Internasional di Istanbul, Turki pada 28-30 Mei 2016, Muhammadiyah sudah mengawali terlebih dahulu pada Muktamar Muhammadiyah ke-47 tahun 2015 di Makassar mengenai kalender Islam Global. “Adanya Konferensi Internasional di Turki tahun 2016 ini menguatkan gagasan Muktamar ke-47 dan ditegaskan pada Muktamar Muhammadiyah ke-48 di Surakarta tahun 2022,” tuturnya.
Dr Arwin Juli Rakhmadi Butar-Butar MA yang juga dari MTT PP Muhammadiyah menyatakan KHGT berangkat dari kenyataan bahwa umat Islam belum memiliki kalender unifikatif selama 14 abad. “Selama 14 abad, umat Islam belum mempunyai kalender unifikatif. Ini tentu memilukan sekaligus memalukan karena di tengah kemajuan sains dan teknologi, Alquran yang menyatakan perlunya pengorganisasian waktu tetapi kita belum punya penjadwalan waktu yang bersifat global,” kata Arwin.
Arwin menegaskan bahwa KHGT telah melalui kajian yang panjang dan komprehensif. Selain itu, banyak ulama dan ilmuwan yang mendukung unifikasi kalender. “Ittihad al mathla (pendapat jumhur ulama) menjadi kunci utama KHGT. Selain itu, KGHT juga punya dukungan nash, sains, literatur, dan sejarah. Terakhir, KHGT merupakan tuntutan/hutang peradaban umat Islam. Hal ini sekaligus menjadi bentuk ijtihad progresif Muhammadiyah untuk semesta,” pungkasnya. []cal
Be the first to comment